Selasa, 27 September 2011

FUNGSI GURUN

 
FUNGSI GURUN
Sejak beberapa dekade terakhir ini, organisasi PBB untuk memerangi penggurunan, terus berusaha keras untuk mencegah meluasnya gurun pasir. Sejauh ini manusia melihat gurun pasir sebagai ancaman ekologi. Bukannya sebagai kesatuan ekologi global. Keberadaan gurun pasir, seperti juga kutub utara dan selatan, terbukti menciptakan sistem cuaca dan iklim global. Jika tidak ada gurun Sahara di Afrika, maka Eropa tidak akan mengalami musim panas. Jika tidak ada gurun Gobi di Cina, tidak akan ada kawasan subur di Korea dan Amerika Utara. Gurun dan kutub, dua ekosistem alam yang sifatnya berlawanan, ternyata menjadi mesin iklim raksasa bagi Bumi.

Sekitar 170 tahun lalu, pencetus teori evolusi, Charles Darwin melaporkan hujan debu pasir di kawasan Cape Verde, antara benua Afrika dan Amerika. Pada saat itu, Darwin berada di atas kapal penelitian Inggris, Beagle, yang berlayar ratusan kilometer dari benua Afrika. Juga kapal-kapal lainnya, yang sedang berlayar, bahkan ribuan kilometer dari Afrika melaporkan fenomena yang sama. Sekarang pada ahli merasa tertarik dengan fenomena yang dilaporkan Darwin 170 tahun lalu. Penelitian menunjukan, debu pasir dari kawasan gurun ternyata membentuk ekosistem global dan mempengaruhi keberadaan makhluk hidup.

Pengamatan satelit menunjukan terjadinya pergerakan debu gurun secara global. Setiap tahunnya, sekitar dua milyar ton debu gurun berpindah tempat melalui atmosfir Bumi. Misalnya saja debu pasir dari gurun Sahara di Afrika, bergerak sampai ke kepulauan Karibia dan Amerika Selatan. Dalam waktu hanya sepekan, debu pasir berukuran sepeseribu milimeter dari Sahara dapat mencapai Karibia. Para ahli memperkirakan, hampir seluruh lapisan tanah subur di Karibia berasal dari gurun Sahara. Sementara debu pasir dari gurun Gobi di Cina bergerak sampai ke Amerika Utara dan dari kawasan Sahel di Afrika bergerak sampai Eropa tengah.

Tentu saja pergerakan debu pasir gurun ini berdampak positif dan negatif. Debu pasir gurun sahara yang jatuh di kawasan hutan Amazon, menjadi medium subur bagi tanaman efifit seperti misalnya Bromelia. Setiap tahunnya, sekitar 17 juta ton debu pasir dari gurun Sahara jatuh di kawasan rimba tropis Amazon di Amerika Selatan. Debu pasir gurun ini kaya akan mineral, bahan makanan, bibit tanaman dan juga sisa bangkai binatang. Juga debu pasir dari gurun Gobi di Cina memiliki fungsi serupa bagi flora dan fauna di kepulauan Hawaii.

Selain membuat subur tanah, terbukti pula tanaman asing yang dibawa debu gurun dapat mematikan flora dan fauna lokal. Misalnya saja kematian terumbu karang dalam skala luas di kawasan Karibia disebabkan oleh debu gurun ini. Gene Shinn dari lembaga penelitian geologi AS-USGS, menarik kesimpulan tsb setelah melakukan penelitian cukup lama. USGS sudah meneliti fenomena musnahnya terumbu karang di Karibia sejak 40 tahun lalu. Yang membuat mereka heran, adalah kemusnahan terumbu karang yang hampir bersamaan di Karibia, Barbados dan Florida. Yang juga menarik, landak laut ikut musnah hampir secara bersamaan. Artinya, ada penyebab global dan bukannya bencana lokal.

Penelitian lebih lanjut menunjukan, musnahnya terumbu karang dan landak laut terjadi hampir serentak mulai tahun 1983. Penyebabnya sama, yakni akibat serangan sejenis jamur racun, yang berasal dari Afrika. Biasanya jamur racun ini tidak dapat hidup di dalam laut. Akan tetapi penelitian menggunakan citra satelit menunjukan, pada tahun 1983, 1987 dan 1993 volume debu pasir gurun yang bergerak ke seluruh dunia meningkat hampir tiga kali lipat. Akibat volume yang cukup besar itulah, jamur racun masih tetap hidup dalam sedimen pasir gurun di laut dan menyerang terumbu karang.

Pakar mikrobiologi dari USGS, Dale Griffin juga melakukan penelitian bahaya debu pasir gurun itu terhadap kesehatan manusia. Disebutkannya, sejak 15 tahun terakhir ini, debu dari gurun pasir menjadi lebih berbahaya akibat aktivitas manusia. Dahulu, debu gurun hanya terdiri dari mineral, unsur makanan bagi tumbuhan, sisa bangkai binatang dan tanaman. Namun dalam dasawarsa terakhir, debu gurun juga mengandung bahan berbahaya Dioxin. Penyebabnya adalah aktivitas manusia di kawasan gurun, yang mengikuti cara hidup modern dan memproduki cukup banyak sampah plastik. Untuk memusnahkan sampah plastik ini, mereka membakarnya tanpa menyadari bahaya Dioxin yang muncul.

Juga masih diizinkannya penggunaan racun anti hama DDT di sebagian Afrika dan Asia, menyebabkan pergerakan cemaran DDT ke seluruh dunia. Jika terjadi serangan belalang atau hama lainnya di Afrika atau Asia, kebanyakan pemerintahnya masih mengizinkan penggunaan DDT, untuk membasmi hama. Walaupun di AS, Kanada dan Eropa barat DDT sudah dilarang, namun sisa pestisida berbahaya ini masih dapat dilacak. Debu gurun lah yang membawanya ke kawasan ini. Ibaratnya melempar bumerang, warga dan industri di AS dan Eropa terkena dampak baliknya.

Jadi bagaikan pisau bermata dua, debu pasir dari gurun di dunia, dapat berdampak positif maupun negatif. Bagi tanaman di rimba tropis Amazona atau di hutan kutub Kanada, debu gurun pasir yang kaya mineral dan unsur makanan, membuat hutan bertambah subur. Namun juga tanaman ganggang pengganggu di kawasan pantai barat Florida, mendapat berkah dari debu gurun pasir yang kaya mineral. Ganggang beracun berkembang biak amat pesat. Sebagai dampaknya, ganggang atau plankton makanan ikan dan mamalia laut musnah. Terakhir ikan, burung dan mamalia laut yang cukup besar juga musnah, akibat musnahnya makanan mereka. Hal itu menunjukan, ekosistem dunia memang harus dipahami secara global, agar kita juga mengerti dampak timbal baliknya secara global.







MACAM-MACAM BIOMA DI DUNIA
Pada habitat darat dikenal istilah Bioma yaitu daerah habitat yang meliputi skala yang luas. Berikut ini hanya akan dibahas beberapa bioma utama yaitu:
1. Bioma Gurun dan Setengah Gurun
Bioma gurun dan setengah gurun banyak ditemukan di Amerika Utara, Afrika Utara, Australia dan Asia Barat.
Ciri-ciri:
  1. Curah hujan sangat rendah, + 25 cm/tahun
  2. Kecepatan penguapan air lebih cepat dari presipitasi
  3. Kelembaban udara sangat rendah
  4. Perbedaan suhu siang haridenganmalamharisangattinggi(siangdapat mencapai 45 C, malam dapat turun sampai 0 C)
  5. Tanah sangat tandus karena tidak mampu menyimpan air
Lingkungan biotik:
- Flora: tumbuhan yang tumbuh adalah tumbuhan yang dapat
beradaptasi dengan daerah kering (tumbuhan serofit).
- Fauna: hewan besar yang hidup di gurun umumnya yang mampu
menyimpan air, misalnya unta, sedang untuk hewan-hewan kecil
misalnya kadal, ular, tikus, semut, umumnya hanya aktif hidup pada
pagi hari, pada siang hari yang terik mereka hidup pada lubang-lubang.

2. Bioma Padang Rumput
Bioma padang rumput membentang mulai dari daerah tropis sampai dengan daerah beriklim sedang, seperti Hongaria, Rusia Selatan, Asia Tengah, Amerika Selatan, Australia.
Ciri-ciri:
  1. Curah hujan antara 25 - 50 cm/tahun, di beberapa daerah padang rumput curah hajannya dapat mencapai 100 cm/tahun.
  2. Curah hujan yang relatif rendah turun secara tidak teratur.
  3. Turunnya hujan yang tidak teratur tersebut menyebabkan porositas dan drainase kurang baik sehingga tumbuh-tumbuhan sukar mengambil air.
Lingkungan biotik:
- Flora: tumbuhan yang mampu beradaptasi dengan daerah dengan
porositas dan drainase kurang baik adalah rumput, meskipun ada pula tumbuhan lain yang hidup selain rumput, tetapi karena mereka
merupakan vegetasi yang dominan maka disebut padang rumput. Nama padang rumput bermacam-macam seperti stepa di Rusia Selatan,
puzta di Hongaria, prairi di Amerika Utara dan pampa di Argentina.

- Fauna: bison dan kuda liar (mustang) di Amerika, gajah dan jerapah di Afrika, domba dan kanguru diAustralia.
Karnivora: singa, srigala, anjing liar, cheetah.
3. Bioma Sabana
Bioma sabana adalah padang rumput dengan diselingi oleh gerombolan pepohonan. Berdasarkan jenis tumbuhan yang menyusunnya, sabana dibedakan menjadi dua, yaitu sabana murni dan sabana campuran.
- Sabana murni : bila pohon-pohon yang menyusunnya hanya terdiri
atas satu jenis tumbuhan saja.
- Sabana campuran : bila pohon-pohon penyusunnya terdiri dari
campuran berjenis-jenis pohon.

4. Bioma Hutan Tropis
Bioma hutan tropis merupakan bioma yang memiliki keanekaragaman jenis tumbuhan dan hewan yang paling tinggi. Meliputi daerah aliran sungai Amazone-Orinaco, Amerika Tengah, sebagian besar daerah Asia Tenggara dan Papua Nugini, dan lembah Kongo di Afrika.
Ciri-ciri:
  1. Curah hajannya tinggi, merata sepanjang tahun, yaitu antara 200 - 225 cm/tahun.
  2. Matahari bersinar sepanjang tahun.
  3. Dari bulan satu ke bulan yang lain perubahan suhunya relatif kecil.
  4. Di bawah kanopi atau tudung pohon, gelap sepanjang hari, sehingga tidak ada perubahan suhu antara siang dan malam hari.
- Flora: pada biorna hutan tropis terdapat beratus-ratus spesies
tumbuhan. Pohon-pohon utama dapat mencapai ketinggian 20 - 40 m, dengan cabang-cabang berdaun lebat sehingga membentuk suatu
tudung atau kanopi.
Tumbuhan khas yang dijumpai adalah liana dan epifit. Liana adalah
tumbuhan yang menjalar di permukaan hutan, contoh: rotan. Epifit
adalah tumbuhan yang menempel pada batang-batang pohon, dan
tidak merugikan pohon tersebut, contoh: Anggrek, paku Sarang
Burung.


- Fauna: di daerah tudung yang cukup sinar matahari, pada siang hari
hidup hewan-hewan yang bersifat diurnal yaitu hewan yang aktif pada siang hari, di daerah bawah kanopi dan daerah dasar hidup hewan-
hewan yang bersifat nokfurnal yaitu hewan yang aktif pada malam
hari, misalnya: burung hantu, babi hutan,kucing hutan, macan tutul.

5. Hutan Musim
Di daerah tropis, selain hutan tropis terdapat pula hutan musim.
Ciri tumbuhan yang membentuk formasi hutan musim:
Pohon-pohonnya tahan dari kekeringan dan termasuk tumbuhan tropofit, artinya mampu beradaptasi terhadap keadaan kering dan keadaan basah pada saat musim kemarau (kering), daunnya meranggas, sebaliknya saat musim hujan, daunnya lebat. Hutan musim biasa diberi nama sesuai dengan tumbuhan yang dominan, misalnya: hutan jati, hutan angsana. Di Indonesia, hutan musim dapat ditemukan di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Fauna yang banyak ditemukan rusa, babi hutan, harimau.
6. Hutan Lumut
Hutan lumut banyak ditemukan di lereng gunung atau pegunungan yang terletak pada ketinggian di atas batas kondensasi uap air. Disebut hutan lumut karena vegetasi yang dominan adalah tumbuhan lumut. Lumut yang tumbuh tidak hanya di permakean tanah dan bebatuan, tetapi mereka pun menutupi batang-batang pohon berkayu. Jadi pada hutan lumut, yang tumbuh tidak hanya lumut saja, melainkan hutan yang banyak pepohonannya yang tertutup oleh lumut. Sepanjang hari hampir selalu hujan karena kelembaban yang tinggi dan suhu rendah menyebabkan timbulnya embun terus-menerus.
7. Bioma Hutan Gugur (Deciduous Forest)
Ciri khas bioma hutan gugur adalah tumbuhannya sewaktu musim dingin, daun-daunnya meranggas. Bioma ini dapat dijumpai di Amerika Serikat, Eropa Barat, Asia Timur, dan Chili.
Ciri-ciri:
- Curah hujan merata sepanjang tahun, 75 - 100 cm/tahun.
- Mempunyai 4 musim: musim panas, musim dingin, musim gugur dan
musim semi
- Keanekaragaman jenis tumbuhan lebih rendah daripada bioma hutan
tropis.


Musim panas pada bioma hutan gugur, energi radiasi matahari yang diterima cukup tinggi, demikian pula dengan presipitasi (curah hujan) dan kelembaban. Kondisi ini menyebabkan pohon-pohon tinggi tumbuh dengan baik, tetapi cahaya masih dapat menembus ke dasar, karena dedaunan tidak begitu lebat tumbuhnya. Konsumen yang ada di daerah ini adalah serangga, burung, bajing, dan racoon yaitu hewan sebangsa luwak/musang.
Pada saat menjelang musim dingin, radiasi sinar matahari mulai berkurang, subu mulai turun. Tumbuhan mulai sulit mendapatkan air sehingga daun menjadi merah, coklat akhirnya gugur, sehingga musim itu disebut musim gugur.
Pada saat musim dingin, tumbuhan gundul dan tidak melakukan kegiatan fotosentesis. Beberapa jenis hewan melakukan hibernasi (tidur pada musim dingin). Menjelang musim panas, suhu naik, salju mencair, tumbuhan mulai berdaun kembali (bersemi) sehingga disebut musim semi.
8. Bioma Hutan Taiga / Hutan Homogen
Bioma ini kebanyakan terdapat di daerah antara subtropika dengan daerah kutub, seperti di daerah Skandinavia, Rusia, Siberia, Alaska, Kanada.
Ciri-ciri bioma hutan taiga:
  1. Perbedaan antara suhu musim panas dan musim dingin cukup tinggi, pada musim panas suhu tinggi, pada musim dingin suhu sangat rendah.
  2. Pertumbuhan tanaman terjadi pada musim panas yang berlangsung antara 3 sampai 6 bulan.
  3. Flora khasnya adalah pohon berdaun jarum/pohon konifer, contoh pohon konifer adalah Pinus merkusii (pinus). Keanekaragaman tumbuhan di bioma taiga rendah, vegetasinya nyaris seragam, dominan pohon-pohon konifer karena nyaris seragam, hutannya disebut hutan homogen. Tumbuhannya hijau sepanjang tahun, meskipun dalam musim dingin dengan suhu sangat rendah.
  4. Fauna yang terdapat di daerah ini adalah beruang hitam, ajak, srigala dan burung-burung yang bermigrasi kedaerah tropis bila musim dingin tiba. Beberapa jenis hewan seperti tupai dan mammalia kecil lainnya maupun berhibernasi pada saat musim dingin.
9. Bioma Hutan Tundra
Bioma ini terletak di kawasan lingkungan Kutub Utara sehingga iklimnya adalah iklim kutub. Istilah tundra berarti dataran tanpa pohon, vegetasinya didominasi oleh lumut dan lumut kerak, vegetasi lainnya adalah rumput-rumputan dan sedikit tumbuhan berbunga berukuran kecil.
Ciri-ciri:
  1. Mendapat sedikit energi radiasi matahari, musim dingin sangat panjang dapat berlangsung selama 9 bulan dengan suasana gelap.
  2. Musim panas berlangsung selama 3 bulan, pada masa inilah vegetasi mengalami pertumbuhan.
  3. Fauna khas bioma tundra adalah "Muskoxem" (bison berhulu tebal) dan Reindeer/Caribou (rusa kutub).
10. Hutan Bakau / Mangrove
Hutan bakau/mangrove banyak ditemukan di sepanjang pantai yang landai di daerah tropik dan subtropik. Tumbuhan yang dominan adalah pohon bakau (Rhizophora sp), sehingga nama lainnya adalah hutan bakau, selain pohon bakau ditemukan pula pohon Kayu Api (Avicennia) dan pohon Bogem (Bruguiera).
Ciri-ciri:
  1. Kadar garam air dan tanahnya tinggi.
  2. Kadar O2 air dan tanahaya rendah.
  3. Saat air pasang, lingkungannya banjir, saat air surut lingkungannya becek dan herlumpur.
Dengan kondisi kadar garam tinggi, menyebabkan tumbuhan bakau sukar menyerap air meskipun lingkungan sekitar banyak air, keadaan ini dikenal dengan nama kekeringan fisiologis. Untuk menyesuaikan dengan lingkungan tersebut tumbuhan bakau memiliki dedaunan yang tebal dan kaku, berlapiskan kutikula sehingga dapat mencegah terjadinya penguapan yang terlalu besar.
Untuk menyesuaikan diri dengan kadar O2 rendah, tumbuhan bakau memiliki akar nafas yang berfungsi menyerap O2 langsung dari udara. Agar individu baru tidak dihanyutkan oleh arus air akibat adanya pasang naik dan pasang surut terutama pada bakau kita dapati suatu fenomena yang dikenal dengan nama VIVIPARI yang artinya adalah berkecambahnya biji selagi biji masih terdapat dalam buah, belum tanggal dari pohon induknya, dapat membentuk akar yang kadang-kadang dapat mencapai 1 meter panjangnya.
Jika biji yang sudah berkecambah tadi lepas dari pohon induknya maka dengan akar yang panjang tersebut dapat menancap cukup dalam di dalam lumpur, sehingga tidak akan terganggu dengan arus air yang terjadi pada gerakan pasang dan surut.
Hutan bakau di Indonesia terdapat di sepanjang pantai timur Sumatra, pantai barat dan selatan Kalimantan dan sepanjang pantai Irian, di Pulau Jawa hutan bakau yang agak luas masih tersisa di sekitar Segara Anakan dekat Cilacap yang merupakan muara sungai Citanduy.
Jenis-jenis hewan yang dapat ditemukan dalam lingkungan hutan bakau terutama adalah ikan dan hewan-hewan melata (buaya, biawak) dan burung-burung yang bersarang di atas pohon-pohon bakau.

1 komentar: